Literaphy

Seloka Bukan Seloka

Photo by Josh Hild on Pexels.com

Seperti ada rindu yang ingin aku tumpahkan ke dalam sekam di satu pertiga malam. Lalu kubiarkannya mengalir pula bersama angin-angin semilir. Ke sela jarimu, ke helai rambutmu, ke coklat matamu, ke hangat dekapmu, ke pagi dan malam harimu.

Jikalau pagi tiba, apakah puisi akan mendapatkan lukanya dari tinta dan embun yang turun? Menghunjam punggung, merobek kulit, menusuk sumsum hingga mengubah detak jantungku menjadi seloka sampai tiba petang dan berulang.

Pada akhirnya, aku memungut kata-kata sahaja, mengumpulkannya menjadi mantra dan pelita. Supaya terang harimu dan lapang hatimu.

12-9-20

Leave a comment